loading...
Donald Trump meluncurkan 529 serangan udara selama 6 bulan berkuasa. Foto/X
WASHINGTON - Presiden Donald Trump menggembar-gemborkan bonafiditas anti-perangnya dalam kampanye 2024. Tapi itu hanya omong belakang. Sebelumnya dia berjanji kepada para pendukungnya yang lelah perang untuk mengakhiri keterlibatan AS dalam "perang abadi" dan segera meredakan konflik global.
Sebaliknya, presiden justru melancarkan ratusan serangan udara yang menghantam target di lima negara, namun sejauh ini gagal mencapai akhir yang dijanjikannya untuk perang di Gaza dan Ukraina.
Sebuah tinjauan dari lembaga nirlaba Armed Conflict Location & Event Data (ACLED) menemukan bahwa Trump telah melancarkan serangan udara hampir sama banyaknya selama enam bulan pertama masa kepresidenannya dengan pendahulunya, Joe Biden, yang dilakukan selama empat tahun masa jabatannya.
Di antara negara-negara yang telah terkena dampak adalah Iran, Irak, Suriah, Somalia, dan Yaman. Pentagon hanya mengakui serangan di Iran dan Yaman sebagai tanggapan atas pertanyaan dari Anadolu.
“Hanya dalam lima bulan, Trump telah mengawasi hampir sama banyaknya serangan udara AS (529) seperti yang tercatat selama empat tahun pemerintahan sebelumnya (555),” kata Presiden ACLED Clionadh Raleigh dalam sebuah pernyataan.
“Militer AS bergerak lebih cepat, menyerang lebih keras, dan melakukannya dengan lebih sedikit kendala. Suriah, Irak, Afghanistan, Yaman, Somalia, dan sekarang Iran semuanya merupakan medan yang familiar, tetapi ini bukan tentang geografi -- ini tentang frekuensi,” tambahnya.
Memang, Trump telah berusaha menggambarkan postur militernya sebagai "perdamaian melalui kekuatan," sebuah referensi terhadap moto lama yang terkait dengan pencegahan militer.