Fimela.com, Jakarta Lahirnya generasi Z turut melahirkan deretan istilah baru. Termasuk istilah yang banyak digunakan untuk menggambarkan hubungan cinta maupun pertemanan. Salah satunya adalah ghosting yang cukup populer di kalangan gen Z sebagai bentuk hubungan toxic.
Dikutip dari Psychology Today, ghosting adalah ketika seseorang tiba-tiba mengakhiri komunikasi dengan orang lain tanpa penjelasan, pada dasarnya menghilang dari kehidupan mereka seperti hantu. Hal ini umumnya terkait dengan hubungan romantis, tetapi juga dapat terjadi dalam pertemanan dan lingkungan profesional. Orang yang di-ghosting dibiarkan tanpa penyelesaian atau pemahaman mengapa komunikasi tersebut terputus.
Dengan situasi tersebut, tidak jarang istilah ghosting diasosiasikan dengan hubungan yang tidak baik atau toxic lantaran dapat membuat seseorang sakit hati. Konsep hubungan toxic ini sendiri terus berkembang yang turut melahirkan istilah-istilah baru untuk menggambarkan kisah percintaan tersebut secara spesifik.
Penasaran ada istilah apa saja?
1. Gaslighting
Ini menjadi bentuk hubungan yang memanipulasi seseorang secara emosional namun tidak disadari oleh korban. Pelaku biasanya akan membuat korban merasa ragu dan kehilangan kepercayaan diri. Lantaran pelaku gaslighting cenderung memutarbalikkan fakta dan situasi yang membuat korban merasa bersalah.
2. Love Bombing
Seperti dibom, Love Bombing merujuk pada situasi hubungan cinta yang manipulatif dan biasanya terjadinya di tahap awal. Pelaku akan cenderung melontarkan banyak pujian, perhatian, dan cinta secara berlebihan yang membuat korban merasa berbunga-bunga. Perlahan tapi pasti, memberikan cinta yang berlebihan di awal hubungan akan membuat korban merasa terikat secara emosional. Setelah emosional terikat, pelaku akan dengan mudah mengendalikan korban dan mulai muncul sifat aslinya.
3. Breascrumbing
Situasi ini menggambarkan hubungan cinta yang mirip dengan Love Bombing. Bedanya, seseorang yang breadcrumbing akan memberikan perhatian secara konsisten namun jumlahnya kecil layaknya menabur remah-remah. Ini menjadi salah satu tanda bahwa pelaku sebenarnya tidak serius untuk membangun hubungan namun menginginkan korban tetap berada di sekitar mereka untuk memuaskan ego dan kebutuhan emosional.
4. Benching
Layaknya pemain cadangan dalam tim sepakbola, perilaku Benching akan menempatkan korban di bangku cadangan. Pelaku tidak sepenuhnya memutuskan hubungan namun tidak juga memberikan usaha lebih untuk mengembangkan hubungan tersebut. Pelaku akan tetap merawat hubungan tersebut ala kadarnya dengan tetap berkomunikasi dan menunjukkan perhatian. Namun hanya ketika mereka tidak memiliki pilihan lain yang lebih menarik. Korban sendiri akan merasa bahwa dirinya melihat peluang untuk menjalin hubungan serius namun kenyataan tidak berkata demikian.
5. Hoovering
Istilah ini diambil dari merek penyedot debu untuk menggambarkan perilaku mantan pasangan yang mencoba menyedot kamu kembali setelah berpisah. Biasanya hal ini terjadi pada berakhirnya hubungan tidak sehat yang membuat mantan pasangan kembali muncul dengan melontarkan janji manis dan permintaan maaf. Perilaku ini akan membuat kamu merasa iba dan melihat bahwa pelaku telah berubah. Namun kenyataannya, seringkali pelaku Hoovering hanya ingin mengendalikan emosimu kembali dan tidak berniat untuk memperbaiki diri.
6. Stashing
Situasi ini terjadi ketika pasangan berniat menjalin hubungan namun ingin disembunyikan dari kehidupan sosial mereka. Dulu, situasi ini dikenal dengan istilah Backstreet. Namun perilaku backstreet berkembang stashing ketika pasangan yang menyembunyikan hubungan ini juga tidak berniat menjadikan hubungan tersebut menjadi serius.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.