Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, tanpa kamu sadari dampak dari penggunaan sosial media bukan hanya sekadar soal hiburan atau mengikuti tren terbaru. Nyatanya, sosial media perlahan mulai membentuk cara kita berpikir, merasa, hingga mengambil keputusan sehari-hari. Apa yang kita lihat, sukai, atau komentari akan terus dikurasi dan dikembalikan kepada kita dalam bentuk konten yang serupa sehingga membuat kita berada dalam gelembung algoritma yang tidak selalu kita sadari.
Algoritma sosial media dirancang untuk membuat kita betah berlama-lama, menggeser layar tanpa henti, dan merasa nyambung dengan dunia yang disajikan di layar. Akibatnya, muncul tekanan sosial yang tidak nyata namun terasa sangat membebani standar kecantikan, kesuksesan, bahkan kebahagiaan pun seolah memiliki formula yang harus diikuti. Tanpa kita sadari, kita mulai menyesuaikan diri dengan tren yang sedang viral, takut ketinggalan, dan merasa kurang jika tidak ikut-ikutan. Berikut adalah dampak dari algoritma sosial media:
1. Standar Kecantikan dan Kehidupan yang Tidak Realistis
Kini sosial media dipenuhi dengan gambar-gambar sempurna yang tampaknya alami, padahal sering kali sudah melewati proses edit, filter, hingga pencahayaan maksimal. Ini menciptakan standar kecantikan dan gaya hidup yang tidak realistis. Tanpa kita sadari, sosial media juga memperlihatkan kehidupan mewah layaknya istana kerajaan yang membuat kita merasa tidak ada apa-apanya, justru sebenarnya banyak hal yang layak untuk disyukuri.
2. FOMO akan Sesuatu yang Sedang Viral
FOMO menggambarkan perasaan cemas atau gelisah saat merasa tidak ikut serta dalam suatu tren yang sedang ramai dilakukan orang lain. Setiap hari ada saja tren baru baik itu produk kecantikan, tempat nongkrong viral, challenge, atau gaya hidup yang sedang naik daun. Rasanya kalau tidak ikut serta, kita akan dianggap seperti ketinggalan zaman. Sayangnya, FOMO bisa membuat kita kehilangan fokus terhadap hal-hal yang sebenarnya lebih penting dalam hidup.
3. Melewati Batas antara Dunia Nyata dan Dunia Maya
Ketika kita terlalu larut dalam dunia maya, batas antara realita dan ilusi bisa menjadi kabur. Kita mulai mengutamakan penampilan online dibanding pengalaman nyata. Kita mulai mengutamakan penampilan online dibanding pengalaman nyata. Makan di cafe bukan lagi soal menikmati makanan, tapi tentang bagaimana makanan itu terlihat di kamera. Kita jadi sulit jujur terhadap diri sendiri, merasa hampa meski terlihat bahagia, dan kehilangan koneksi yang otentik dengan orang di sekitar.
Sahabat Fimela, berikut hal yang terjadi apabila kamu menjadikan sosial media sebagai konsumen no 1 di hidup kamu. Jadi tetap seimbangkan antara sosial media dan kehidupan aslimu, ya!
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.