Perang Dagang AS-China Bentuk Kembali Rantai Pasok Global, Siapa yang Paling Diuntungkan?

6 hours ago 4

loading...

Persaingan rantai pasokan antara China dan Amerika Serikat (AS) diprediksi akan semakin ketat dalam lima tahun ke depan. FOTO/dok.SindoNews

JAKARTA - Persaingan rantai pasokan antara China dan Amerika Serikat (AS) diprediksi akan semakin ketat dalam lima tahun ke depan. Sebuah studi terbaru mengidentifikasi delapan negara berkembang, termasuk empat negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), siap mendapatkan keuntungan dari relokasi manufaktur dari China.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal China Economist ini mencantumkan Malaysia, Vietnam, Meksiko, Turki, Thailand, Indonesia, India, dan Brasil sebagai kandidat utama yang kemungkinan besar akan diuntungkan dari pergeseran produksi global. Kedelapan negara tersebut menawarkan biaya tenaga kerja yang lebih rendah dibandingkan China dan memiliki hubungan dagang yang kuat dengan pasar-pasar Barat.

Dorongan investasi keluar dari China dan permintaan ekspor AS yang berkelanjutan menjadi faktor pendorong bagi kedelapan negara ini untuk muncul sebagai penghubung penting dalam mengubah rantai pasokan global. Para penulis studi menyoroti dua tren paralel yang mendasari pergeseran ini, yaitu dorongan Washington untuk "friendshoring" dan strategi "China+1" yang mendorong perusahaan multinasional untuk mendiversifikasi produksi guna mengurangi paparan tarif.

Baca Juga: Vietnam Resmi Gabung BRICS, Strategi Baru ASEAN Hadapi Dominasi Barat

Studi ini diterbitkan pada bulan lalu, di tengah perang dagang kedua antara dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia yang mengganggu rantai pasokan global, meningkatkan biaya, dan mendorong penataan ulang strategi. Penelitian ini ditulis oleh seorang peneliti dari Chinese Academy of Social Sciences, sebuah lembaga pemikir terkemuka di China.

Read Entire Article
Prestasi | | | |