loading...
Mantan PM Thaksin Shinawatra sangkal konflik keluarga picu perang Thailand dan Kamboja. Foto/Thai Royal Navy/Nation
BANGKOK - Mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra pada hari Sabtu membahas bentrokan perbatasan Thailand -Kamboja yang sedang berlangsung menjelang kunjungannya ke Ubon Ratchathani untuk memberikan dukungan kepada mereka yang terdampak. Ia menolak anggapan bahwa konflik keluarga antara klan Shinawatra dan Hun telah memicu kekerasan.
Thaksin mengungkapkan bahwa penggunaan senjata oleh Kamboja terhadap warga sipil dan rumah sakit tidak dapat diterima dan merupakan pelanggaran prinsip-prinsip kemanusiaan.
“Serangan Kamboja terhadap rumah-rumah warga sipil dan rumah sakit menunjukkan ketidakpedulian terhadap hak asasi manusia, yang dikutuk secara universal. Bahkan dengan penggunaan jet F-16, kami tetap berhati-hati, hanya menargetkan sasaran militer,” kata Thaksin, dilansir The Nation.
Ketika ditanya apakah ia telah menggunakan koneksi pribadi untuk berkomunikasi dengan negara lain, Thaksin mengakui bahwa beberapa negara telah menawarkan diri untuk menjadi penengah.
Namun, ia menegaskan kembali bahwa masalah tersebut harus tetap berada di antara kedua negara, dan mediasi pihak ketiga apa pun tidak akan efektif jika perundingan langsung gagal. Ia juga menyatakan bahwa ketegangan awal muncul dari retorika nasionalis internal Kamboja, yang menurutnya memperburuk situasi secara tidak perlu.
Mengenai aksi militer yang sedang berlangsung, Thaksin menyatakan keyakinannya bahwa konflik tidak akan berkepanjangan, menjelaskan bahwa wilayah yang disengketakan tersebut pernah berada di bawah kendali Thailand dan bahwa kemajuan militer Kamboja merupakan upaya untuk merebutnya kembali.
Terkait aksi militer Kamboja baru-baru ini di Provinsi Trat, Thaksin mengonfirmasi bahwa pasukan Kamboja aktif di wilayah tersebut, tetapi memastikan bahwa Thailand sepenuhnya siap untuk merespons.