loading...
Sebuah Suar Gas di Anjungan Produksi Minyak Terlihat di Samping Bendera Iran. FOTO/Reuters
JAKARTA - Amerika Serikat (AS) resmi melancarkan serangan terhadap tiga fasilitas nuklir utama milik Iran pada Minggu (22/6), yakni di Fordow, Natanz, dan Esfahan. Serangan ini mengakhiri spekulasi selama beberapa hari mengenai kemungkinan keterlibatan pemerintahan Donald Trump dalam konflik yang telah berlangsung selama 10 hari antara Israel dan Iran.
Langkah agresif ini diperkirakan akan kembali mengguncang pasar minyak dunia. Iran, yang menyumbang sepertiga dari total produksi minyak global dan merupakan anggota ketiga terbesar dalam Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC+), memiliki pengaruh besar terhadap dinamika harga minyak internasional.
Baca Juga: Breaking News: AS Resmi Serang Iran, Bombardir 3 Situs Nuklir
Sepanjang pekan lalu, harga minyak mentah Brent melonjak hingga 11 persen, sempat menyentuh USD 80 per barel, sebelum kembali mendingin seiring munculnya harapan gencatan senjata. Namun, dengan eskalasi terbaru ini, analis memperkirakan harga minyak berpotensi melambung lagi mulai awal pekan ini.
Pasar sempat teredam oleh ekspektasi bahwa lonjakan harga tidak akan bertahan lama, mengingat permintaan global yang belum sepenuhnya pulih dan pasokan minyak dari OPEC+ masih melimpah. Kartel minyak tersebut bahkan dijadwalkan akan kembali menggelar pertemuan pada 5 Juli untuk membahas rencana kenaikan produksi pada Agustus mendatang, setelah menaikkan pasokan 4,11 juta barel per hari pada Juni dan Juli.