Fenomena Rojali, Lemahnya Daya Beli dan Bayang-bayang Krisis Ekonomi

9 hours ago 7

loading...

Fenomena Rojali atau Rombongan Jarang Beli dan Rohana alias Rombongan Hanya Nanya semakin sering terlihat di berbagai pusat perbelanjaan di Indonesia. FOTO/dok.SindoNews

JAKARTA - Fenomena "Rojali" atau Rombongan Jarang Beli dan “Rohana” alias Rombongan Hanya Nanya semakin sering terlihat di berbagai pusat perbelanjaan di Indonesia. Di balik kelucuan istilah itu, tersirat potret nyata melemahnya daya beli masyarakat kelas menengah, serta bayang-bayang krisis ekonomi yang belum sepenuhnya pulih.

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira, mengatakan gejala ini sudah muncul sejak pandemi Covid-19, namun kini semakin menguat. Menurutnya, banyak pengunjung pusat perbelanjaan hanya datang untuk makan atau sekadar jalan-jalan, tanpa membeli produk non-pokok seperti pakaian atau barang elektronik.

"Fenomena Rojali adalah cerminan masyarakat yang datang ke mal hanya untuk rekreasi, bukan berbelanja barang-barang tersier. Ini menunjukkan adanya tekanan terhadap pendapatan rumah tangga," ujar Bhima saat dihubungi di Jakarta, Sabtu (26/7).

Baca Juga: Menperin Wanti-wanti Industri Otomotif di Tengah Situasi Sulit: Jangan Ada PHK

Ia menjelaskan bahwa tekanan ekonomi yang dialami kelompok menengah disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk inflasi pangan, harga rumah yang tinggi, dan suku bunga yang masih bertahan di level mahal. Di saat bersamaan, pendapatan yang bisa dibelanjakan (disposable income) terus menyusut, terutama akibat cicilan utang.

Read Entire Article
Prestasi | | | |