loading...
Di saat yang normal masih gagap teknologi, ratusan teman difabel di Bandung justru sudah merancang masa depan dengan AI dan Cloud. Foto: Telkomsel
JAKARTA - Stigma bahwa penyandang disabilitas hanya cocok di sektor informal seolah hilang pada Minggu (15/12/2025). Di Balai Teknologi Informasi dan Komunikasi Dinas Pendidikan Jawa Barat, ratusan siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) tidak sedang meminta belas kasihan; mereka sedang memamerkan taring kompetensi digital yang mungkin membuat sarjana lulusan universitas ternama sekalipun terdiam.
Kolaborasi raksasa telekomunikasi Telkomsel dan pemimpin komputasi awan global Amazon Web Services (AWS) dalam program "Terampil di Awan 2.0" resmi melahirkan 750 talenta digital inklusif.
Angka ini bukan sekadar statistik CSR (Corporate Social Responsibility), melainkan pembuktian bahwa tembok penghalang fisik resmi runtuh oleh algoritma dan kode pemrograman.

Fase kedua program ini, yang berfokus di wilayah Bandung Raya, mencatat angka partisipasi impresif. Sebanyak 380 peserta—terdiri dari 295 siswa disabilitas dan 85 tenaga pendidik—dari 33 SLB (Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Bandung Barat, dan Cimahi) telah digembleng sejak 17 Oktober 2025.
Kurikulum yang disajikan pun bukan "kaleng-kaleng". Mereka tidak diajari keterampilan remeh-temeh, melainkan materi "daging" yang menjadi tulang punggung ekonomi digital hari ini:
Dasar Komputasi Awan (Cloud Computing): Memahami infrastruktur internet modern.
Pengembangan Website: Desain UI/UX hingga pembangunan situs statis.














































